Di
jaman era Glonalisasi ini,ada sesuatu
yang hilang dari masyarakat Indonesia.Semua kalangan sibuk dengan urusan
masing-masing sehingga apa yang terjadi di sekitar kita,ya…mau tidak mau harus
diterima?Dimana harga diri kita selama ini?Seolah-olah hilang diterjang arus
Globalisasi.Semua yang berasal dari budaya luar ramai-ramai seolah tanpa
seleksi,dari belahan dunia yang mana biasa masuk ke Tanah Air Kita tercinta ini
tanpa sensor.
Negeri
China yang notabene kaum Komunis,semua dan segala sesuatunya milik Negara dan
diatur oleh Negara,dahulunya termasuk rakyat dibawah garis kemiskinan,tetapi
sekarang jauh meninggalkan kita yang mempunyai Tanah Air yang subur makmur “
Gemah Ripah loh Jinawi ”.
Saya
jadi ingat lagu Legendaris Koes Ploes Bersaudara :
Kolam
Susu
Bukan
Lautan hanya kolam susu
Kail
dan jala cukup menghidupimu
Tiada
topan tiada badai kau temui
Ikan
dan udang menghampirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat
kayu dan batu jadi tanaman 2x
Coba
saja kita telaah arti kiasan dari lagu “ Kolam Susu “ diatas,saya pikir yang
mencipta lagu sungguh memahami tanah air kita tercinta ini,dengan kekagumannya
ia ubah menjadi syair yang sederhana tapi syarat maknanya yaitu : Tanah yang
subur bagaikan tanah Surga.
Memang
dalam kenyataan batang pohon ketela,batang bambu,batang trembesi dan masih
banyak lainya di ibaratkan tongkat ditancapkan ke tanah maka beberapa hari akan
tumbuh padahal tiak diberi pupuk,kemudian biji-bijian yang keras bagaikan
batu,coba masukkan ke dalam tanah,beberapa hari kemudian akan menjelma menjadi
tumbuhan baru.
Namun
kenyataaan sekarang,ada beberapa tanah kita yang tandus,hutan banyak yang
gundul,tanah longsor dimana-mana,berbagi musibah menimpa,apa lagi yang bisa
kita banggakan? Dimana “ Tanah Surga “ kita yang dulu jadi rebutan
bangsa-bangsa lain yang iri dengan tanah Indonesia?
Apa
yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan “ Tanah Surga “ itu ?
Apakah
bisa kita kembalikan “ Tanah Surga “ kita ?
Pedulikah
kita semua tentang “ Tanah Surga “ itu ?
Tidak
ada orang pintarkah di tanah air kita ini ?
Kalau
boleh saya jujur,banyak orang piñtar di Indonesia,tapi banyak yang tidak peduli
ya..semacam kuranag nasionalis gitu… lach.Disamping juga di tanah kita kurang
dihargai,coba anda bayangkan seandainya karya anak bangsa semacam bapak B.J.Habiebie masih dipercaya untuk
mengembangkan tehnologi dan diberi kesempatan demi kejayaan bangsa ini ( tolong
jangan bawa-bawa politik di tulisan ini-karena saya tidak mendukung salah satu
partai yang ada sekarang,saya punya politik terbuka ).
Banyak
anak murid dan karyawan yang pernah dipimpin oleh bapak Habiebie sekarang yang
diakui di berbagai maskapai penerbangan internasional di luar negeri san,bukan
di tanahnya sendiri,karena memang tidak ada wadah dan departemen yang
mengakuinya.Sungguh sangat ironis,apa sebernarnya yang dicari bangsa ini?
Kalau
boleh saya berandai-andai,” Tanah Surga “ kita kembali,dan kita semua mempunyai
pemimpin yang karismatik dan dihormati,yang tahu kebutuhan dan peduli dengan ragam
budaya tanah air kita,yang bangga dengan warisan nenek moyang kita dan bisa
diimplementasikan dalam program yang terpadu,ada planning yang berkelanjutan,pasti
semua rakyat Indonesia mendukung.
Tapi
sayang itu hanya mimpi,kalau di negeri ini masih banyak koruptor,kalaubanyak
orang tua yang menginginkan anaknya jadi PNS walaupun dengan membayar sekian
puluh juta sebagai tebusannya,kalau para pejabat dan anggota dewan masih
memikirkan partainya sendiri,kalau anak muda mudanya masih keranjingan dengan
budaya luar bukan budaya sendiri,kalau orang-orang pintar yang kita punya
berlomba-lomba ke luar negegri karena Negara ini kurang peduli,dan masih banyak
kalaukalau yang lainnya…..
Seandainya…tahu
apa yang di butuhkan rakyat dari “ Tanah Surga “ ini kembali si Indonesia,janganlah
berpikir sendiri-sendiri tapi siapa yang peduli?
Kemanakah
hari Nurani suci ini berlabuh ?
Adakah
pemimpin yang tanpa Pamrih,tidak mengejar kekayaan?Tidak mengejar kejayaan
partainya?Tidak memikirkan apa yang……
Seandainya….
betul betul betul
ReplyDelete